1. Ria dengan anggota badan Misalnya, menampakkan kekurusan dan kekuning-kuningan agar menimbulkan kesan pada orang bahwa ia bersungguh-sung...
1. Ria dengan anggota badan
Misalnya, menampakkan kekurusan dan kekuning-kuningan agar menimbulkan kesan pada orang bahwa ia bersungguh-sungguh dalam beribadah, takut (pada Allah), dan banyak bersedih. Atau, juga dengan menampakkan rambut yang acak-acakan agar ia tampak sebagai orang yang tenggelam dalam urusan agama dan tak sempat mengurus rambutnya. Atau, dengan memangkas kumisnya dan mencukur habis rambutnya agar dengan itu ia tampak sebagai orang yang selalu mengenakan pakaian para ahli ibadah dan selalu melaksanakan ibadah haji. Atau, dengan merendahkan suara, mata cekung (sayu), dan bibir kering agar menunjukkan pada orang lain bahwa ia adalah orang yang senantiasa berpuasa.
2. Ria dari segi pakaian (penampilan)
Misalnya, menampakkan bekas sujud di keningnya. Atau, mengenakan pakaian keras dan kasar dengan menjahit (tempelan) banyak, agar dia dikatakan sebagai ahli ibadah dan seorang zuhud. Atau, mengenakan pakaian tertentu yang merupakan pakaian sekelompok orang yang dianggap sebagai ulama, agar dikatakan ulama.
3. Ria dengan ucapan
Misalnya, dengan (menampakkan) nasihat dan memperingatkan orang, serta menghafal riwayat-riwayat dan atsar-atsar (para ulama terdahulu), hanya untuk berdiskusi dan menampakkan bahwa ia adalah orang yang berilmu hebat. Atau, dengan menggerakkan kedua bibirnya dengan zikir di hadapan orang lain. Atau, dengan menampakkan kemarahan terhadap kemungkaran di antara orang lain. Atau, dengan merendahkan suara melembutkannya sambil membaca Alquran untuk menunjukkan bahwa ia adalah orang yang takut (kepada Allah) dan senantiasa bersedih.
4. Ria dengan amal
Misalnya, memanjangkan rakaat salat dengan memanjangkan berdiri, ruku, dan sujud di hadapan orang lain. Kemudian menampakkan hal khusyuk dan sejenisnya, seperti juga melakukan ria berpuasa, haji, sedekah, dan sebagainya.
5. Ria dengan teman-teman dan para peziarah
Misalnya, orang yang minta seorang ulama atau seorang ahli ibadah untuk berziarah kepadanya agar dikatakan bahwa si anu telah menziarahi si anu. Lalu, mengundang orang banyak untuk menziarahinya agar dikatakan bahwa orang-orang baik bolak-balik kepadanya. Demikian juga orang yang melakukan ria, dengan mendatangi banyak Syekh (para guru), agar dikatakan bahwa si anu telah bertemu dengan banyak guru dan mengambil ilmu dari mereka, dan dia berbangga-bangga dengan itu.
Inilah hal-hal yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berbuat ria. Ia mengharapkan, dengan perbuatannya itu, tempat dan kedudukan di hati manusia. (Lihat Minhaj Al-Qashidin(215-217), Maqashid Al-Mukallafin(442-443), dan Fathul Majid(369-370)).
DAFTAR PUSTAKA
Awwad bin Abdullah Al-Mu'tiq. Ba'dhu Anwaa 'Asy-syirik Al Ashghar (Bahaya Syirik Kecil). Kompilasi Chm oleh Abu Ahmad Sidokare. 2015.
COMMENTS