Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, إِنَّ لِلْقَبْرِ صُغْطَهً لَوْ كَانَ أَح...
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ لِلْقَبْرِ صُغْطَهً لَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِيًا مِنْهَا نَجَا سَعْدُ بْنِ مُعَاذٍ
“Sesungguhnya setiap kubur memiliki tekanan/himpitan. Seandainya seseorang selamat darinya, pastilah Sa’ad bin Mu’adz akan selamat pula.”
Sa’ad bin Mu’adz adalah pemimpin kaum Ansar yang syahid di ujung panah pada perang Khandaq. Meski demikian, Sa’ad yang hebat saja masih disindir Rasulullah dalam hadisnya di atas. Lalu bagaimana halnya dengan orang-orang selain Sa’ad? Semoga Allah Subhanahu wata’ala melindungi kita dari azab kubur.
Penyempitan kubur akan dialami oleh siapa saja, tak peduli orang mukmin atau kafir. Bedanya, penyempitan yang dialami seorang mukmin tidak berlangsung selamanya, tidak seperti orang kafir yang terus menerus dijepit. Himpitan yang dimaksud di sini adalah penyempitan sisi-sisi liang lahat yang mendesak si mayit.
Seorang mukmin mengalami hal ini sebagai bentuk pembersihan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Setelah itu ia akan mendapat limpahan rahmat. Ada juga yang mengartikan jepitan ini sebagai pelukan, karena menganggap sesungguhnya tanah adalah “Ibu” setiap manusia.
Darinyalah manusia diciptakan, kemudian lepas untuk sekian waktu lamanya. Setelah meninggal, bumi akan memeluknya seperti pelukan ibu yang sekian lama kehilangan anaknya. Bedanya, seorang mukmin akan dipeluk dengan kelembutan, sementara orang kafir akan dipeluk penuh dengan rasa amarah.
Jika ia berada di luar kategori seorang muhsin, akan tetap berada dalam jepitan bumi hingga ia menemui rahmat.
ثُمَّ نُنَجِّي ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ
“Kemudian Kami selamatkan orang-orang yang bertakwa..."(QS.Maryam: 72)
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Andai aku punya emas sejengkal bumi, pasti akan kugadaikan untuk menghindari dahsyatnya tempat bertolak (kubur).”
Hadis tersebut mengandung pengertian bahwa cobaan yang menimpa seorang mukmin hingga pada awal kehidupan akhirat, berupa azab kubur dan peristiwa dahsyat yang terjadi di dalamnya, merupakan “Hikmah Ilahiah” yang berfungsi membersihkan diri dan mengangkat derajat seseorang.
Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seorang bayi dikubur.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَوْ أَفْلَتَ أَحَدٌ مِنْ ضِمَّةِ الْقَبْرِ لأَفْلَتَ هَذَا الصَّبِيُّ
“Seandainya seseorang bisa berkelit dari jepitan kubur, niscaya bayi ini akan bisa berkelit pula.”[1]
DAFTAR PUSTAKA
A’idh Al-Qarni, dkk. 2004. Malam Pertama di Alam Kubur. Solo. Aqwam.
[1] Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al-Khabir (4/121) No.3858. Al-Haitsamy berkata bahwa rijalnya sahih dan disahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Jami’ (5238).
COMMENTS