109. Al-Kafirun (Orang-orang Kafir) قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ ١ 1. Katakanlah, "Hai orang-orang kafir, لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُد...
109. Al-Kafirun (Orang-orang Kafir)
قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ ١
1. Katakanlah, "Hai orang-orang kafir,
لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ ٢
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٣
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ ٤
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٥
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ ٦
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Asbabun-Nuzul
Kaum kafir Quraisy berusaha keras membujuk dan memengaruhi Rasulullah saw. agar mengikuti ajaran mereka. Mereka menawarkan harta kekayaan yang sangat banyak, agar beliau menjadi orang terkaya di kota Mekah. Kepada beliau dijanjikan akan dikawinkan dengan wanita yang paling cantik, baik gadis maupun janda yang beliau kehendaki. Dalam upaya membujuk Rasulullah saw., mereka mengatakan, “Inilah wahai Muhammad yang kami sediakan untukmu, agar kamu tidak memaki dan menghina tuhan kami dalam satu tahun!” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Saat ini, aku belum bisa menjawab. Aku akan menunggu wahyu dari Allah Tuhanku lebih dahulu.” Sejalan dengan peristiwa ini, maka Allah Subhanahu wata’ala menurunkan wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berupa surah Al-Kafirun. Yaitu sebagai jawaban penolakan terhadap tawaran mereka. Tawaran yang menurut ukuran orang umum sangat menggiurkan. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak terperangkap bujuk rayu mereka, dan tetap mempertahankan dakwah islamiah.
Di samping itu, diturunkan pula ayat ke-64 dari surah Az-Zumar.
قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّيٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ ٦٤
Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?”
Ayat tersebut mempertegas pula kewajiban untuk menolak dan menjauhi bujuk rayu orang-orang pandir (tolol), yaitu mereka yang menyembah berhala.
(HR. Thabrani dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas)
Orang-orang kafir Quraisy mengajukan tawaran kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Muhammad, sekiranya kamu tidak keberatan mengikuti agama kami selama satu tahun, maka kami akan berbalik mengikuti agamamu selama satu tahun pula.” Sebagai jawaban dari permasalahan ini, Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan malaikat Jibril untuk menurunkan wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu surah Al-Kafirun. Secara terang-terangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan jawaban kepada mereka, selamanya tidak akan bertemu dalam satu titik agama kufur dengan agama Islam yang hak.
(HR. Abdurrazak dari Wahbin. Dan Ibnu Mundzir meriwayatkan bersumber dari Juraij)
Walid bin Muhirah, Al-‘Ash bin Wail, Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khallaf pada suatu waktu bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berkata, “Wahai Muhammad, mari kita mengadakan persekutuan. Yaitu kita bersama-sama menyembah apa yang kami sembah, kemudian pada saatnya kami menyembah apa yang kamu sembah. Dan kita bersekutu dalam segala urusan apa saja. Kamulah yang menjadi pimpinan dalam hal ini.” Sehubungan dengan tawaran tokoh-tokoh kafir Quraisy ini, maka Allah Subhanahu wata’ala menurunkan surah Al-Kafirun sebagai jawaban atas ajakan mereka tersebut. Secara tegas Allah Subhanahu wata’ala memberikan keterangan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa tidak ada persekutuan maupun persaudaraan antara orang-orang kafir dengan orang-orang beriman, baik dalam urusan apa saja.
(HR. Ibnu Abi Hatim dari Sa’id bin Mina)
DAFTAR PUSTAKA
A. Mudjab Mahali. 2002.Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Qur’an. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
COMMENTS